Kamis, 25 April 2013

uje1

Islam Pos panji hitam2 “Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang tegar di jalan kebenaran hingga keputusan Allah datang kepada mereka, dan mereka selalu tegar dalam jalan kebenaran,” (HR. Bukhari 6767). Breaking News HTI Jawa Barat Tolak Kenaikan Harga BBMPosted 3 hours ago Uje Akan Dishalatkan Di Masjid IstiqlalPosted 3 hours ago Ustadz Jeffry Dan Tulisan ‘Mungkinkah Engkau Masih Hidup?’Posted 4 hours ago Puluhan Demonstran Mesir Gelar Aksi Dukung MubarakPosted 4 hours ago AS-Inggris Tuduh Assad Gunakan Senjata Kimia Kepada Pejuang SuriahPosted 4 hours ago Keluarga Tegaskan Ustadz Jeffry Tak Mengebut Saat KecelakaanPosted 4 hours ago Pakistan Secara Resmi Tangkap Musharraf Terkait Pembunuhan Benazir BhuttoPosted 12 mins ago Indonesia-Yordania Sepakat Dirikan Bank IslamPosted 2 hours ago Pesan Terakhir Uje: ‘Kembali PadaNya Adalah Yang Terbaik’Posted 2 hours ago Undangan MTI: Perlukah Hukum Santet Diatur Negara?Posted 3 hours ago Home > Syi'ar > Sosok > Kisah Hidup Uje (1) Masa Kecil Nakal Tapi Berprestasi Kisah Hidup Uje (1) Masa Kecil Nakal Tapi Berprestasi By Admin Islampos on April 26, 2013 Jefri Al Buchori - Sepohon KayuPerjalanan hidup Jeffry Al Buchori sungguh dahsyat. Penuh gejolak dan tikungan tajam. Proses pergulatan yang luar biasa ia alami sampai ia menemukan kehidupan yang tenang dan menenteramkan. Simak kisahnya berikut ini yang disarikan dari berbagai sumber. _______ UJE mengaku bahwa masa lalunya sangat kelam. Adapun kemudian ia mau menceritakannya, ia berharap perjalanan hidupnya bisa menjadi pelajaran bagi orang lain. Terlahir dengan nama Jeffry Al Buchori Modal pada 12 April 1973 di Jakarta, Uje adalah anak tengah, ke-3 dari lima bersaudara. Tiga saudara kandung Uje laki-laki, dan yang bungsu adalah perempuan. Layaknya bersaudara, hubungan Uje dan saudara-saudaranya berlima cukup dekat. Kadang-kadang ditingkahi dengan persilihan kecil namun dalam tahap wajar saja. Apalagi, jarak usia mereka tidak berjauhan. Apih (panggilan Jefri untuk ayahnya, Red.), M. Ismail Modal, adalah pria bertubuh tinggi besar asli Ambon, sedangkan Umi, begitu Uje biasa memanggil ibu, Tatu Mulyana asli Banten. Apih mendidik Uje bersaudara dengan sangat keras. “Tapi, kalau tidak begitu, aku tidak akan merasakan manfaat seperti sekarang. Kalau kami sampai lupa shalat atau mengaji, wah, jangan ditanya hukuman yang akan diberikan Apih,” tutur Uje suatu kali suatu media. Dalam hal agama, Apih dan Umi memang mendidik Uje dan saudaranya secara ketat. Namun, sebetulnya Umi adalah seorang ibu yang amat sabar dan lembut dalam menghadapi anak-anaknya. Apih pun orang yang selalu bersikap obyektif. Apih akan membela keluarganya mati-matian bila memang keluarganya yang benar. Sebaliknya dia tidak segan-segan menyalahkan Uje dan saudaranya bila memang berbuat salah. Berada di lingkungan keluarga yang taat agama membuat Uje menyukai pelajaran agama. Sewaktu kelas 5 SD, Uje pernah ikut kejuaraan MTQ sampai tingkat provinsi. Selain agama, pelajaran yang juga disukai adalah kesenian. “Entah mengapa, aku suka sekali tampil di depan orang banyak. Oh ya, setelah kenaikan kelas, dari kelas 3 aku langsung melompat ke kelas 5. Jadilah aku sekelas dengan kakakku yang kedua,” kata Uje. BERKEPRIBADIAN GANDA Lulus SD, Apih memasukkan Uje dan kedua kakaknya ke sebuah pesantren modern di Balaraja, Tangerang. Papa Uje ingin anak-anaknya mendalami pelajaran agama. Rupanya tidak semua keinginannya bersambut, semua ini karena kenakalan Uje sendiri. Orang bilang, anak tengah biasanya agak nakal. Dan itu itu berlaku pada Uje. Sebagai anak tengah, Uje sering membuat orang tua kesal. Di pesantren, Uje juga sering berulah. Menurut pengakuan Uje, salah satu kenalakannya, di saat yang lain shalat, ia malah diam-diam tidur. Kenakalan lain, kabur dari pesantren untuk main atau nonton di bioskop adalah hal biasa. Sebagai hukumannya, kepala Uje sering dibotaki. Tapi, tetap saja Uje tak jera. “Tampaknya aku seperti punya kepribadian ganda, ya. Di satu sisi aku nakal, di sisi lain keinginan untuk melantunkan ayat-ayat suci begitu kuat. Tiap ada kegiatan keagamaan, aku selalu terlibat,” ujar Uje. Bersama kedua kakaknya, Uje juga pernah membuat drama tanpa naskah berjudul Kembali Ke Jalan Allah yang diperlombakan di pesantren. Ternyata karya mereka itu dinilai sebagai drama terbaik se-pesantren. Bahkan, Uje juga juara lomba azan, lomba MTQ, dan qasidah. Akan tetapi, entah kenapa, Uje masih juga nakal. Tinggal dalam lingkungan pesantren, kelakuan buruk Uje bukannya berkurang, malah makin menjadi. Puncaknya, Uje bosan bersekolah di pesantren. Akhirnya, hanya empat tahun Uje di pesantren. Dua tahun sebelum menamatkan pelajaran, Uje keluar. “Lalu, Apih memasukkanku ke sekolah aliyah (setingkat SMA, Red.). Rupanya keluar dari pesantren tidak membuatku lebih baik. Aku yang mulai beranjak remaja justru jadi makin nakal.” BERSAMBUNG

uje 4

Islam Pos panji hitam2 “Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang tegar di jalan kebenaran hingga keputusan Allah datang kepada mereka, dan mereka selalu tegar dalam jalan kebenaran,” (HR. Bukhari 6767). Breaking News Undangan MTI: Perlukah Hukum Santet Diatur Negara?Posted 3 hours ago HTI Jawa Barat Tolak Kenaikan Harga BBMPosted 3 hours ago Uje Akan Dishalatkan Di Masjid IstiqlalPosted 4 hours ago Ustadz Jeffry Dan Tulisan ‘Mungkinkah Engkau Masih Hidup?’Posted 4 hours ago Puluhan Demonstran Mesir Gelar Aksi Dukung MubarakPosted 4 hours ago AS-Inggris Tuduh Assad Gunakan Senjata Kimia Kepada Pejuang SuriahPosted 4 hours ago Puluhan Orang Ditemukan Hidup Di Bawah Reruntuhan Pabrik Di BangladeshPosted 18 mins ago Pakistan Secara Resmi Tangkap Musharraf Terkait Pembunuhan Benazir BhuttoPosted 32 mins ago Indonesia-Yordania Sepakat Dirikan Bank IslamPosted 2 hours ago Pesan Terakhir Uje: ‘Kembali PadaNya Adalah Yang Terbaik’Posted 2 hours ago Home > Lainnya > Kisah Hidup Uje (4) Umroh Bersama Umi; Titik Balik Uje Kisah Hidup Uje (4) Umroh Bersama Umi; Titik Balik Uje By Admin Islampos on April 26, 2013 uje4PERNAH, karena pengaruh obat, suatu kali pandangan Uje jadi kabur. Mau melihat arloji di tangan saja, ia harus mendekatkan wajahnya, sambil menggoyang-goyangkan kepala dan membelalakkan mata supaya bisa melihat dengan lebih jelas. “Parah, ya? Begitulah kebandelanku terus berlangsung,” kenangnya. KECANDUAN KIAN PARAH Suatu hari di tahun 1992, Apih meninggal karena sakit. Uje menyesal bukan main karena selama ini selalu mengabaikan nasihat Apih. Menjelang kepergiannya, Uje berdiri di samping tempat tidurnya di rumah sakit sambil menangis. Melihat Uje seperti itu, Apih mengatakan, “Laki-laki tak boleh menangis. Laki-laki pantang keluar air mata,” ujar Apih. Uje mengenang, “Bayangkan, bahkan di saat-saat terakhirnya pun Apih tetap menunjukkan sikapnya yang penuh kasih padaku yang durhaka ini.” Sore itu Uje dimintanya pulang ke rumah dan beliau memberinya ongkos. Uje menurut. Begitu Uje pulang, Allah mengambilnya. “Aku syok berat. Saat Apih dimakamkan, aku turun ke liang lahat dan memeluk jasadnya. Aku tak mau beranjak meski makam akan ditutup. Aku tak mau melepas kepergiannya. Aku menyesali perbuatanku. Selama Apih masih hidup, aku tak pernah mau mendengarkan ucapannya,” papar Uje. Sejak itu, Umi membesarkan Uje dan saudara-saudaranya. Tapi pasca kematian ayahnya itu, hidup Uje terus berjalan ke titik yang paling kelam. Kebandelannya bahkan makin menjadi dan Kesombongannya juga lebih besar daripada sebelumnya karena merasa berprestasi dan punya uang banyak. “Tak seorang pun kudengarkan lagi nasihatnya,” aku Uje waktu itu. Ketika temannya menasihati, ia mencibir. “Siapa dia sampai aku harus mendengarkan ucapannya? Ucapan orang tua saja tak kugubris!” seru Uje. Uje tenggelam dalam dunianya sendiri dan jadi pecandu narkoba. Waktu itu, Uje beralasan karena ada masalah di rumah. Uje mengaku ia makin jauh dari Allah. Padahal, sebelah rumahnya terletak sebuah masjid. Ketika orang berpuasa di bulan Ramadan pun, Uje tetap melakukan kemaksiatan. Lalu, saat Lebaran tiba dan orang-orang sibuk bertakbir, Uje malah sibuk mencari celah waktu dan tempat di mana ia bisa berbuat maksiat. Semua ilmu agama yang pernah dipelajari dan kemampuan membaca Quran seperti hilang. Akal sehatnya seperti hilang. Kecanduannya pada narkoba juga makin parah, bahkan sampai mengalami over dosis dan Uje hampir mati. “Kejahatan demi kejahatan moral terus kulakukan,” sesal Uje. NAMA DICORET Suatu hari Uje merasa menderita karena ketakutan setelah melakukan sebuah perbuatan. Uje benar-benar ketakutan! Ia jadi gampang curiga pada siapa saja dan selalu berburuk sangka pada apa pun. Kesombongannya pada uang dan prestasi lenyap digantikan ketakutan. “Yang kulakukan setiap hari adalah berdiam diri di kamar, dengan selalu berpikiran bahwa setiap orang yang datang akan membunuhku. Aku sibuk mengintip dari bawah pintu, siapa tahu ada orang datang untuk membunuhku,” cerita Uje. “Telingaku jadi sangat sensitif. Aku sering merasa mendengar ada orang sedang berjalan di atap rumah ingin membunuhku. Aku tersiksa selama berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan,” ucap Uje. Orang-orang mengatakan, Uje sudah gila. Pada saat bersamaan, kecanduannya pada narkoba membuatnya termasuk dalam daftar hitam dunia sinetron. Namanya dicoret. Tak ada lagi yang mau memakainya sebagai pemain. Selain itu, cewek-cewek yang ada di dekatnya juga menjauh. Uje dulu termasuk playboy. Di saat Uje sendiri, ada Umi yang tetap menyayanginya dengan cintanya yang besar. Seburuk apa pun orang berkomentar tentang Uje, hati Umi tetap baik dan sabar. Air matanya tak pernah kering untuk mendoakan anak-anaknya, terutama Uje agar berubah jadi lebih baik. Doa tulus Umi dikabulkan Allah. Sungguh luar biasa, Allah menunjukkan kebaikan-Nya pada Uje. Allah memberi Uje kesempatan untuk bertobat. Kesadaran ini muncul lewat suatu proses yang begitu mencekam buat Uje. DIAJAK UMI UMRAH Suatu kali Uje bermimpi. Uje merasa sangat ketakutan ketika suatu hari bermimpi melihat jasadnya sendiri dalam kain kafan. “Antara sadar dan tidak, aku terpana sambil bertanya pada diri sendiri. Benarkah itu jasadku? Aku juga disiksa habis-habisan. Begitulah, setiap tidur aku selalu bermimpi kejadian yang menyeramkan. Dalam tidur, yang kudapat hanya penderitaan. Aku jadi takut tidur. Aku takut mimpi-mimpi itu datang lagi,” kata Uje. Uje mengaku ia juga jadi takut mati. Padahal dulu ia sempat menantang maut. Rasa takut mati itulah yang akhirnya membuat Uje sadar bahwa ada yang tidak meninggalkanku dalam keadaan seperti itu, yaitu Allah. Uje teringat kembali pada-Nya dan menyesali semua perbuatannya selama ini. Pelan-pelan, keadaannya membaik. Uje menemui Umi, bersimpuh meminta maaf atas semua dosa yang ia lakukan. “Umi memang luar biasa. Betapa pun sudah kukecewakan demikian rupa, beliau tetap menyayangi dan memaafkanku. Umi lalu mengajakku berumrah,” ujarnya. Dengan kondisi Uje yang masih labil dan rapuh, Uje dan Umi berangkat ke Tanah Suci. Kali ini Uje berniat sembuh dan kembali ke jalan Allah. Di sana, ia mengalami beberapa peristiwa yang membuatnya sadar pada dosa-dosanya sebelumnya. Usai salat Jumat di Madinah, Umi mengajaknya ke Raudhoh. “Aku tak tahu apa itu Raudhoh, tapi kuikuti saja. Umi terus meminta ampunan pada Allah,” cerita Uje. Ketika Uje, berjalan menuju makam Nabi Muhammad, Uje bersalawat. “Begitu keluar dari pintu masjid, rasanya seperti ada yang menarikku. Aku mencoba berjalan sekuat tenaga, tapi tak bisa. Kekuatan itu rasanya sangat besar. Aku lalu bersandar pada tembok. Air mataku yang dulu tak pernah keluar, kini mengalir deras. Aku menyesali dosa-dosaku, dan berjanji tak akan melakukan lagi semua itu,” ujarnya. BERSAMBUNG

uje 3

Islam Pos panji hitam2 “Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang tegar di jalan kebenaran hingga keputusan Allah datang kepada mereka, dan mereka selalu tegar dalam jalan kebenaran,” (HR. Bukhari 6767). Breaking News Indonesia-Yordania Sepakat Dirikan Bank IslamPosted 1 hour ago Pesan Terakhir Uje: ‘Kembali PadaNya Adalah Yang Terbaik’Posted 2 hours ago Undangan MTI: Perlukah Hukum Santet Diatur Negara?Posted 2 hours ago HTI Jawa Barat Tolak Kenaikan Harga BBMPosted 2 hours ago Uje Akan Dishalatkan Di Masjid IstiqlalPosted 3 hours ago Ustadz Jeffry Dan Tulisan ‘Mungkinkah Engkau Masih Hidup?’Posted 3 hours ago Puluhan Demonstran Mesir Gelar Aksi Dukung MubarakPosted 3 hours ago AS-Inggris Tuduh Assad Gunakan Senjata Kimia Kepada Pejuang SuriahPosted 4 hours ago Keluarga Tegaskan Ustadz Jeffry Tak Mengebut Saat KecelakaanPosted 4 hours ago Korban Tewas Akibat Banjir Di Utara Afghanistan Naik Menjadi 20 OrangPosted 5 hours ago Home > Syi'ar > Sosok > Kisah Hidup Uje (3) Lupa Diri Karena Ketenaran Kisah Hidup Uje (3) Lupa Diri Karena Ketenaran By Admin Islampos on April 26, 2013 jefri_al-buchori_lahir_kembali_2005UJE mengalami masa yang menurutnya paling dahsyat setelah tamat SMA. Ceritanya salah seorang teman penari, memperkenalkan Uje pada Aditya Gumai yang saat itu aktif di dunia seni peran. Aditya Gumai adalah orang yang melahirkan Lenong Rumpi yang melambungkan nama Oki Lukma. Dari Aditya, Uje mengenal dunia akting. Waktu itu, Uje masih latihan menari di Taman Ismail Marzuki. Saat latihan pindah ke Gedung Pemuda di Senayan, mulailah Uje main sinetron. Mulanya Uje hanya mengamati para pemain yang sedang syuting, sambil diam-diam belajar. “Aku memang suka mencuri ilmu. Waktu tidur di kos salah satu temanku di dekat kampus Institut Kesenian Jakarta, aku sering mencuri ilmu juga dari para mahasiswa. Kalau mereka sedang kuliah atau praktik, aku sering mengamati mereka,” aku Uje. Nah, ketika para pemain sinetron sedang latihan, terkadang Uje menggantikan salah satunya. Ternyata Uje ditertawakan. Karena pada dasarnya Uje orang yang tidak suka diperlakukan seperti itu, Uje malah jadi terpacu. Uje makin giat berlatih akting secara otodidak. Akhirnya, saat yang senior belum juga dapat giliran main, Uje sudah mendapat peran. Uje pun diajak Aditya main sinetron. Waktu dikasting, Uje berhasil mendapat peran. Tahun 1990, Uje main sinetron Pendekar Halilintar. Saat itu, sinetron masih dipandang sebelah mata oleh bintang film. Dari keluarga, Apih mati-matian menentang Uje. Kenapa? Usut punya usut, rupanya Apih tahu persis seperti apa lingkungan dunia film. Dulu, beliau juga pernah main film aksi, antara lain Macan Terbang dan Pukulan Berantai. Dari Apila, Uje menuruni darah seni. Ditentang Apih tak membuat langkah Uje surut. “Tak satu pun larangan Apih yang mampir ke otakku untuk kujadikan bahan pikiran. Nasihat Apih tak lagi kudengarkan. Tawaran untuk main sinetron yang berdatangan membuatku makin yakin, inilah yang kucari. Aku tak mau menuruti keinginan orang tua karena merasa diriku benar. Akhirnya konflik antara aku dan orang tuaku pecah,” papar Uje. Sebagai bentuk perlawanan pada orang tua, Uje tak pernah pulang ke rumah. Tidur berpindah-pindah di rumah teman. Rambut juga dipanjangkannya. Uje seperti tak punya orang tua. Bahkan, menurut Uje, tak pernah terlintas dalam benaknya bahwa suatu hari mereka akan pulang ke haribaan. “Yang kupikirkan hanya kesenangan dan egoku semata,” kenang Uje. Pada saat bersamaan, karier Uje di dunia seni peran terus melaju. Uje membintangi sinetron drama Sayap Patah yang juga dibintangi Dien Novita, Ratu Tria, dan almarhum WD Mochtar. Uje semakin merasa bahwa pilihannya tak salah setelah dinobatkan sebagai Pemeran Pria Terbaik dalam Sepekan Sinetron Remaja yang diadakan TVRI tahun 1991. Uje bangga bukan main, karena merasa menang dari orang tua. Kesombongan Uje makin menjadi. “Aku makin merasa inilah yang terbaik buatku, ketimbang pilihan orangtuaku,” terangnya. “DI KABAH, KUMINTA AMPUNAN ALLAH” Tawaran main sinetron berdatangan menghampiri Jeffry. Seiring dengan itu, ia makin tenggelam dalam dunianya yang kelam. Sejak kenal sinetron, Uje makin menyukai dunia akting. Uje tak peduli meski Apih—ayahnya itu—menentangnya. Namun, belakangan Uje paham, di balik ketidaksetujuannya, sebetulnya orang tuanya itu menyimpan rasa bangga. Orang tua cerita, mereka sedang ke Tanah Suci membawa rombongan ibadah haji saat sinetron Sayap Patah yang dimainkan Uje ditayangkan. “Ternyata, mereka nonton sinetronku. Komentar mereka membanggakanku. Mereka mengakui, ternyata aku bisa berprestasi,” ujar Uje. Setelah itu, Uje mendapat berbagai tawaran main, antara lain sinetron Sebening Kasih, Opera Tiga Jaman, dan Kerinduan. Selain namanya makin mencuat, rezeki juga terus mengalir. “Namun, aku malah jadi lupa diri. Ketenaran tidak penting buatku. Yang penting menikmati hidup. Dunia malam terus kugeluti. Kalau ke diskotek, aku tak lupa mengonsumsi narkoba. Bahkan, untuk urusan yang satu ini, aku bisa dibilang tamak. Biasanya, aku meminum satu pil dulu. Kalau kurasa belum ‘on’, kuminum satu lagi. Begitu seterusnya,” kenangnya.

kisah hidup UJE

Kisah Hidup Uje (2) Mulai Kenal Dunia Malam By Admin Islampos on April 26, 2013 Ustad Jeffri Al BuchoriSETIAP ada acara keagamaan Uje tak pernah ketinggalan. Namun, Uje juga selalu mau bila ada teman yang mengajaknya ke kantin sekolah. Bukan untuk jajan, tapi memakai narkoba! “Aku juga sering kabur dan pergi tanpa tujuan yang jelas. Ya, aku seperti burung lepas dari sangkar, terbang tak terkendali,” akunya. Menurut Uje, masa SMA adalah masa paling suram baginya. Uje merasa tak pernah teman sebaya. Usianya memang masih 15 tahun ketika itu, namun ia bergaul dengan pemuda berusia 20 tahunan. Pacaran pun dengan perempuan yang lebih tua. Di sekolah ini Uje hanya bertahan setahun. Pindah ke SMA lain, keseharian Uje tak jauh berbeda. Malah makin parah. Dari perkenalan dengan beberapa teman, Uje mengenal petualangan baru. Umur 16 tahun, Uje mulai kenal dunia malam. Ia masuk sekolah hanya saat ujian. “Buatku, yang penting lulus. Aku lebih suka mendatangi diskotek untuk menari. Terus terang, aku memang tertarik pada tarian di diskotek. Tiap ke sana, diam-diam aku selalu mempelajari gerakan orang-orang yang nge-dance. Lalu kutirukan,” ujarnya. Uje pun lantas jadi seorang penari, bertualang dari satu diskotek ke diskotek lain, tenggelam dalam dunia malam. Saat ada lomba dance, Uje mencoba ikut. Usahanya tak sia-sia. Beberapa kali ia berhasil memboyong piala ke rumahnya sebagai the best dancer. Selain itu, ia juga berhasil jadi penari di Dufan pada tahun 1990, meski hanya selama setahun. Sampai sekarang masih banyak teman Uje yang jadi penari di sana. Yang paling menarik adalah Uje kemudian jadi foto model, bahkan ikut fashion show di diskotek. “Mungkin waktu itu aku merasa sangat cakep, ya. Tapi menurutku, kegiatan-kegiatan itu masih positif, meski terkadang aku suka minum. Dengan segala kebengalanku, tahun 1990 aku berhasil lulus SMA,” paparnya. BERSAMBUNG